"Marilah Ke Tempat Yang Sunyi"
(Keseimbangan dan Penyegaran)
Markus 6 : 30-32 ; 45-46
"Jeda Kehidupan" atau istirahat, adalah konsep yang diperkenalkan Tuhan sendiri. Sejak dalam proses penciptaan, dalam tradisi pertanian di Israel, bahkan sampai dalam konsep Hari Sabat, "jeda" menjadi suatu fase yang penting justru untuk kelangsungan kehidupan itu sendiri. Jeda menjadi masa untuk beristirahat; memberi kesempatan pada tubuh, hewan, tanah, untuk memulihkan dan menyegarkan diri; dan bahkan sebagai masa sunyi untuk menciptakan intimasi dengan Tuhan. Sebagaimana gergaji perlu berhenti bekerja dan diasah untuk menjaga ketajamannya, begitu pun dengan kehidupan.
Para murid setelah melakukan suatu tugas pengutusan yang berat (Markus 6 : 6b-13 ; 30), Tuhan Yesus memandang perlu bagi mereka untuk beristirahat. Walaupun pada akhirnya istirahat mereka harus tertunda sebab orang banyak mengikuti mereka (ayat 33). Sekali lagi Tuhan Yesus dan murid-murid melayani mereka untuk beristirahat dengan bertolak ke tempat lain, dan menyuruh orang banyak itu pulang (ayat 45). Yesus sendiri menyingkirkan diri ke sebuah bukit untuk berdoa, menjalin keintiman dengan Allah.
Ketegasan Yesus ini menunjukkan betapa pentingnya "jeda kehidupan", suatu fase istirahat yang akan memberikan kesegaran baru, pemulihan tenaga, keseimbangan diri, waktu untuk instrospeksi, waktu untuk belajar, membangun intimasi dengan Tuhan, dan bahkan menyusun rencana yang lebih konstruktif bagi kehidupan. Orang yang tidak pernah menikmati atau mengusahakan waktu istirahat, justru akan menuai banyak persoalan, sebab kejenuhan.
(Insisari Kotbah Ibadah Minggu, 26 Oktober 2014, Pdm. Andi Oktavian Santoso, M.Div.)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar