“TANAH LIAT DITANGAN-NYA”
Yeremia 18:1-6
Tentu kita pernah mendengar ungkapan nasi sudah
menjadi bubur? Ungkapan ini melambangkan sesuatu yang kalau sudah
terlanjur rusak tidak dapat diperbaiki. Tetapi betulkah demikian? Kalau sudah
menjadi bubur tidak bisa diapa-apakan lagi? Tentu tidak! bagi orang yang optimis, akan berkata:
dengan sedikit usaha, buburpun bisa enak. Tambahkan saja kuah, kecap, suwiran
ayam, daun bawang, kalau ada irisan ca kue, dan sambal.... pasti bisa
dinikmati.... bubur ayam yang enak....
Bagi yang optimis tidak ada yang fatal-fatal amat, selalu ada peluang untuk perbaikan;
sebagaimana tertulis: “Apabila bejana
yang sedang dibuatnya dari tanah liat ditangannya itu rusak, maka tukang periuk
itu, mengerjakannya kembali menjadi bejana lain menurut apa yang baik pada
pemandangannya”(4). Pesan Firman ini simpel saja: ada peluang
perbaikan. Ada peluang untuk diubah lebih baik. Bahwa sebesar apapun kesalahan
kita, sekacau apapun hidup kita, bahkan seberapa parah kita merusak diri kita
selalu ada peluang perbaikan, perubahan, perombakkan. TETAPI, catatan pentingnya : perubahan, perbaikkan, perombakan, apapun
itu, TIDAK akan terjadi jika kita melupakan satu hal, justru yang menjadi kata
kunci dari keseluruhan proses ini: yaitu
DITANGANNYA. Artinya, hanya di tangan Tuhan Sang Tukang Periuk, apa yang
rusak dapat dibetulkan. Sebagus apapun kualitas tanah liat, ia tidak akan mampu
membentuk dirinya sendiri apalagi memperbaiki dirinya sendiri. Ia selalu
memerlukan tangan Sang Tukang .
Lebih jauh, kita akan melihat teks ini dalam kerangka pembentukan
spiritualitas. Bagaimana melalui
gambaran yang di dapat Yeremia ini, spiritualitas tidak dimaknai sebagai kata
benda yang mati, mandeg. Tetapi sebagai kata sifat yang dapat ditingkatkan
levelnya. Jadi spiritulitas memiliki tingkatan tingkatan, anak anak tangga
yang semakin tinggi.
Dan KARENA ITU, bagi kita umat
beriman, hidup adalah perjalanan untuk
menapaki tingkatan demi tingkatan itu. Terus bertumbuh dalam kehidupan sebagai
makhluk spiritual, bukan sekedar makhluk duniawi. Pertumbuhan inilah yang digambarkan
seperti tanah liat, yang dibentuk, diproses, untuk menjadi sesuatu yang indah
oleh Sang Seniman Yang Agung yaitu Tuhan sendiri. itulah pertumbuhan spiritualitas.
Sebelum
lebih jauh baik kita melihat sekilas apa itu spiritualitas? Spiritualitas tidak
bisa disamakan begitu saja dengan hukum agama, atau keyakinan iman. Spiritualitas mencakup keyakinan iman dan praksis;
di mana keyakinan iman dan praksisnya itu telah membentuk sebuah sistem dalam
diri seseorang untuk dapat berpikir, merasakan, memutuskan, bicara, bersikap,
bertindak, berbuat, yang membangun kehidupannya sendiri, sesamanya ataupun lingkungannya.
Seperti otomatis. Contohnya, ketika sesorang
berbuat baik, dan kebaikannya itu terjadi atas dorongan kesadaran, bukan karena
takut hukuman atau supaya dapat pahala, maka orang itu dikatakan mempunyai
spiritualitas. Contoh lain, jika seseorang berdoa bukan sekedar meminta sesutu
pada Tuhan, tetapi karena ia sadar untuk menjaga keintiman dengan Tuhan, itu
artinya ia punya spiritualitas. Jika seseorang dapat berbuat jujur, sekalipun
kesempatan untuk curang ada di depan matanya, bukan karena takut hukuman,
tetapi karena jujur adalah kesadarannya, maka itu adalah spiritualitas. Ketika iman
dan praksis itu telah menjadi sistem kesadaran dalam diri seseorang, sehingga tanpa
berpikir, tanpa harus diawasi, ditakut takuti, atau diming imingi hadiah, ia
melakukan sesuatu yang positif, itu berarti spiritualitas. Ia tidak berpikir atau bicara, tentang Tuhan dan ajaranNya, tetapi
Tuhan dan ajarannya ada di dalam dirinya, hidupnya, dalam karyanya, dalam
setiap aspek hidupnya, itulah spiritualitas. Maka
biarkan tangan Tuhan Sang Tukang Periuk itu mengintervensi hidup kita. turut campur,
bekerja, mengolah diri kita.
Bagaimana proses ini dapat berjalan dengan baik?
1. Sebagai tanah liat miliki kejujuran untuk menilai diri apa
adanya. Kekurangan, keterbatasan, kelemahan, keberdosaan, bukan sesuatu yang
ditutupi atau disangkal dihadapan Tuhan, tetapi harus DIAKUI (4a). Salah satu penghambat proses
pertumbuhan spiritual adalah: merasa diri sudah baik, tidak ada yang perlu
diperbaiki. bukankah penghukuman dalam kehidupan bangsa Israel terjadi karena
mereka tidak menyadari/ mengakui dosanya? Langkah ini tidak mudah, malah
menyakitkan, sebab kita akan diajak untuk melihat seberapa dalamnya kekurangan
dan kelemahan kita sendiri. // jika kepada dokter kita tidak jujur dengan
keluhan kesehatan kita bagaimana dokter membuat diagnosa yang tepat? Di hadapan
Tuhan tidak perlu sok kuat, sok gagah, sok bisa, sok pintar, sehingga malah jadi
bumerang bagi kita sendiri.
2. Sebagai tanah liat miliki kerendahan hati untuk dibentuk ulang. Banyak orang merasa diri
sudah sempurna, bahkan bejana yang bocor dan retak pun sering tidak merasa
rusak. Kerendahan hati menjadi pintu pertama dari kesediaan untuk dibentuk
kembali menurut apa yang baik dalam pemandangan Tuhan (8). Artinya rendah hati
untuk menerima kehendak dan tujuan Tuhan yang menentukan apa dan bagaimananya
kita ke depan (12). Orang yang rendah hati tahu bahwa hidupnya bukan miliknya
sendiri, ia tidak berdaulat atasnya, tetapi Tuhan yang berdaulat. Karena itu
selalu mencari kehendakNya, jangan hanya kehendak diri kita sendiri saja.
3. Siap dibentuk ulang artinya siap ditambah dan dikurangi
atau bahkan dirombak, menjadi sama sekali baru. Dalam proses ini ada
kalanya kita harus merasakan sakitnya membuang kebiasan lama, bersusah payah
membentuk pola hidup baru, atau dibawa ke titik nol, dan kemudian tumbuh sesuai
kehendakNya (11b). Banyak orang dalam hidupnya seperti dibawa berputar ke padang gurun. Banyak yang dihentikan,
dibelokkan, di lempar ke bawah, di bawa ke tempat tempat yang sukar, ternyata
ia sedang dibentuk ulang. Banyak yang tidak tahu, sehingga tidak tahan,
mengeluh, memprotes, bahkan meninggalkan Tuhan. sayang...ia tidak pernah
melihat hasilnya. Tetapi yang tahan... akan melihat bagaimana bejana baru yang dihasilkannya
lebih indah, lebih kuat, lebih manfaat. Sebab ia dibanting lebih kuat dari yang
lain, diputar lebih kencang, dipukul lebih banyak, dibakar dua kali lebih
panas, dijemur lebih lama.....
Tidak ada komentar:
Posting Komentar